Semua berawal di tahun 2016 — kami dipertemukan dalam sebuah event Palang Merah Remaja (PMR) di Jogja. Awalnya hanya kenalan basa-basi sebagai sesama peserta, lalu jadi panitia bareng di dua event berikutnya. Dari situ, komunikasi makin intens, dan diam-diam mulai tumbuh rasa yang tak bisa diabaikan.
Masa SMA kami dipenuhi cerita lucu ala “malu-malu kucing”. Saling suka, tapi gengsi buat ngaku. Jadi kenangan manis yang selalu berhasil bikin senyum sendiri kalau diingat.
Namun, selepas SMA, kami sempat hilang kontak. Riza harus melanjutkan kuliah di Tangerang, sedangkan Faiq tetap tinggal dan kuliah di Jogja. Jarak dan kesibukan membuat kami terpisah.
Tahun 2020, di tengah pandemi, semesta mempertemukan kami lagi — lewat Twitter. Meski awalnya cuma saling sapa di timeline, akhirnya kami berani lanjut ngobrol lewat WhatsApp di akhir tahun itu.
Desember 2020, kami bertemu kembali untuk pertama kalinya setelah sekian lama… di Konkrite Coffee, Nologaten. Tempat itu jadi saksi hangatnya percakapan dan benih rasa yang kembali tumbuh. Sejak saat itu, komunikasi tak pernah putus lagi, dan perasaan yang dulu menggantung, kini perlahan kami rajut kembali.
Dan kini, di tahun 2025, dengan Bismillah dan penuh keyakinan, kami siap melangkah bersama — memulai perjalanan baru sebagai suami dan istri.