Fase 1 – Pertemuan
Tak ada yang istimewa hari itu—hanya sebuah tugas listening dan sapaan singkatnya, "Mas, kelompokku ya?”Siapa sangka, dari percakapan sederhana itu, semesta mulai menulis kisahnya perlahan, membuka pintu kecil yang kelak membawa kami pada perjalanan panjang bernama kita.
Fase 2 – Pertemanan
Hari-hari berlari dalam tawa dan cerita, dari tugas menjadi sebuah obrolan, dari obrolan ringan menjadi tempat pulang. ajakanku menonton yang awalnya hanya iseng, namun pelan-pelan berubah menjadi ritual kecil yang menumbuhkan rasa tanpa perlu nama. Kami belajar nyaman tanpa janji, mengenal tanpa pura-pura, dan menemukan tenang yang tak pernah dicari, namun begitu berarti.
Fase 3 – Awal Perasaan
Menjelang akhir studi, akhirnya berkata jujur—tentang rasa yang lamaku simpan. Namun semesta selalu punya caranya sendiri untuk memberikan jalan untuk meberanikan diriku ke langkah yang memang harus dijalani. Maka kami pun berjalan berdampingan, belajar mencintai tanpa tergesa, belajar memahami tanpa harus selalu sama.
Fase 4 – Jeda
Namun tidak semua yang seiring langsung seirama. Ada langkah yang tertinggal, ada hati yang belum sepenuhnya pulih, dan aku masih belajar mengerti diriku sendiri. Kami memilih diam di jalan masing-masing—bukan karena lelah, tapi karena ingin tumbuh. Meski begitu, kenangan tentangnya tetap berdenyut lembut di dada, hangat, dan tidak pernah benar-benar pergi.
Fase 5 – Kembali dan Berjanji
Awal 2024, setelah banyak diam dan waktu yang menyembuhkan, semesta mempertemukan kami lagi—dalam versi yang lebih tenang, lebih dewasa, lebih siap untuk saling memahami. Akupun datang dengan kesungguhan, berbicara pada orang tuanya.
Dan pada 8 Juni 2025,kami mematri janji dalam kesederhanaan yang hangat. Hingga 20 November 2025 nanti, kami akan menggenapi perjalanan ini dalam sebuah janji suci—untuk saling menggenggam, bukan hanya hari ini, tapi untuk selamanya.